Sejak didirikan dan dikelola oleh PT. Indomarco Prismatama pada tahun 1988, Indomaret terus berkembang pesat secara profesional hingga saat ini, bahkan pada Mei 2010 indomaret dilaporkan telah memiliki 4261 toko dan gerai dan kondisi ini terus berkembang. Disisi lain perusahaan Alfamart dimiliki oleh PT. Sampoerna, Tbk sebanyak 70% dan PT. Sigmantara Alfindo sebesar 30%. Hingga saat ini Alfamart telah memiliki 21 kantor cabang dan lebih dari 6000 toko dan belum didata kembali jumlahnya sampai saat ini. Tumbuhnya industri retail yang diwakili oleh dua perusahaan ini merupakan contoh bangkitnya pasar retail Indonesia yang dikelola oleh franchise lokal.
Potensi bisnis minimarket Indonesia 2016 nampaknya akan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Pengamat ritel memprediksi akan terjadi peningkatan prospek sebesar 12%. Salah satu jenis usaha rotel adalah minimarket untuk jangka menengah panjang masih besar meskipun pertumbuhan omzet ritel nasional 2014 diperkirakan hanya naik tipis seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi. Omzet ritel modern nasional pada 2015 diperkirakan tumbuh dbawah 10%. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan nilai penjualan ritel modern 2014 mencapai Rp162,8 triliun.
Permintaan produk terutama makanan dan minuman masih menjadi kontributor utama (>60%). Beberapa faktor menjadi katalis positif pertumbuhan ritel nasional ke depan. Meningkatnya pendapatan masyarakat, meningkatnya populasi penduduk dengan bonus demografi dan pertumbuhan masyarakat yang pesat, urbanisasi, tingkat optimisme konsumen yang kuat, dan pertumbuhan properti komersial menjadi driver permintaan industri ritel. Menurut AC Nielsen, 48% dari total belanja berasal dari masyarakat Proporsi masyarakat sendiri terhadap total populasi Indonesia diperkirakan meningkat dari sebesar 56,5% pada 2010 menjadi sebesar 68,4% pada 2015 dan sebesar 76,1% pada 2020.
Ditengah kelesuan ekonomi dunia, bisnis mini market melalui jejaring waralaba alias franchise berkembang sampai pelosok kota kecamatan kecil. Tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Khususnya mini market dengan brand Indomaret dan Alfamart. Siapa yang tidak kenal Indomaret? Dan siapa yang tidak kenal Alfamart? Anak kecil pun kalau beli permen pasti “nunjuknya” minta ke Indomaret atau ke Alfamart. Kedua merk ini dimiliki oleh group perusahaan raksasa yaitu Indomaret milik PT. Indomarco Prismatama (Indofood Group) dan Alfamart milik perusahaan patungan antara Alfa Group dan PT. HM Sampoerna, Tbk Indomaret ternyata berkembang tidak hanya dengan jejaring waralaba yang mencapai 785 gerai, tetapi gerai milik sendiri seabreg jumlahnya mencapai 1072 gerai(lihat grafik perkembangan toko yang diambil dari www.indomaret.co.id ). Sedangkan Alfamart memiliki 1400 gerai, Bila kita hitung rata-rata nilai investasi minimal untuk mendirikan mini market waralaba sekitar Rp. 300 juta saja (diluar bangunan). Dikalikan dengan 1.072 gerai yang dimiliki sendiri. Berapa ratus milyar PT. Indomarco Prismatama mengeluarkan dana untuk investasi di bisnis mini market? Indofood Group juga ternyata tidak saja pemilik merk Indomaret, tetapi juga mendirikan mini market Omi, Ceriamart, dan Citimart lewat anak perusahaannya yang lain. Belum lagi didukung dengan distribusi barang, bahkan juga sebagai produsen beberapa merk kebutuhan pokok sehari-hari dari sabang sampai merauke.
Dampak dari pertumbuhan bisnis ini adalah penyerapan tenaga kerja langsung dan tidak langsung untuk mendukung operasionalnya mulai dari produsen barang, jaringan logistik dan infrastruktur pendukungnya. Mungkin jika kita lebih sering berbelanja ke retailer lokal dari pada ke retailer asing, maka kita akan bisa mengusai perekonomian negeri sendiri. Kebijakan pemerintah yang sesuai dan tepat akan membantu pemerataan dan penguatan perekonomian nasional.